Jakarta, CNBC Indonesia – Rangkaian erupsi Gunungapi Marapi terjadi berkali-kali sejak 3 Desember 2023 hingga saat ini. Rangkaian erupsi tersebut telah menghasilkan deposit material letusan berukuran abu, lapili, hingga batu/bom vulkanik di daerah puncak dan lereng Gunungapi Marapi.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian ESDM menjelaskan, pada saat turun hujan, air akan mengisi aliran sungai dan bercampur dengan endapan material vulkanik tersebut, menghasilkan lahar yang akan mengalir ke daerah dengan elevasi yang lebih rendah, terutama mengikuti aliran sungai-sungai yang berhulu langsung di puncak Gunungapi Marapi.

Berdasarkan rekaman seismograf di Pos PGA. Marapi, Bukittinggi, pada hari Jumat tanggal 5 April 2024 dari sekitar pukul 14.00 – 15.30 WIB terekam getaran/tremor yang berasal dari hujan lebat yang turun di sekitar puncak Gunungapi Marapi yang kemudian mengakibatkan terjadinya banjir lahar di antaranya pada lokasi berikut:

  1. Bukik Batabuah, Kecamatan Candung (memutus jalan Bukik Batabuah – Lasi);
  2. Nagari Aia Angek, Kecamatan Sepuluh Koto (memutus jalan Padang Panjang – Bukittinggi);
  3. Kecamatan Sungai Pua; dan
  4. Beberapa sungai yang mengalir ke Kecamatan Batipuah.

“Sejak sekitar pukul 18.30 WIB hingga keterangan resmi ini disusun, rekaman seismograf masih mengindikasikan adanya hujan yang turun di wilayah Gunungapi Marapi. Sehubungan dengan hal itu, sebagai bentuk kewaspadaan terhadap lahar maka diimbau kembali agar masyarakat untuk sementara waktu menjauhi bantaran/aliran sungai-sungai yang berhulu di bagian puncak Gununapi Marapi,” kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid dalam keterangan tertulisnya, dikutip Sabtu (6/4/2024).

Hingga saat ini, lanjutnya, tingkat aktivitas Gunungapi Marapi masih tetap pada Level III (Siaga) dengan rekomendasi sebagai berikut:

  1. Masyarakat di sekitar G. Marapi dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 4,5 km dari pusat erupsi (Kawah Verbeek) G. Marapi.
  2. Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah/aliran/bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak G. Marapi agar selalu mewaspadai potensi/ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan.
  3. Jika terjadi hujan abu maka masyarakat diimbau untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA), serta menggunakan perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit. Selain itu agar mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh.
  4. Seluruh pihak agar menjaga kondusifitas suasana di masyarakat, tidak menyebarkan narasi bohong (hoax), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah.
  5. Pemerintah Daerah Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Agam agar senantiasa berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung atau dengan Pos Pengamatan G. Marapi di Jl. Prof. Hazairin No.168 Bukittinggi untuk mendapatkan informasi langsung tentang aktivitas G. Marapi.
  6. Masyarakat, instansi pemerintah, maupun instansi terkait lainnya dapat memantau perkembangan aktivitas maupun rekomendasi G. Marapi melalui aplikasi android Magma Indonesia, website Magma Indonesia (www.vsi.esdm.go.id atau https://magma.esdm.go.id), dan media sosial PVMBG (facebook, twitter, dan instagram).

Sebagai catatan, Gunungapi (G.) Marapi secara administratif terdapat di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatra Barat, dengan ketinggian puncak 2.891 mdpl pada koordinat 0o 22′ 47,72″ LS – 100o 28′ 16,71″ BT. Aktivitas Gunungapi Marapi dipantau secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) Marapi yang berada di Jl. Prof. Hazairin No. 168 Bukittinggi, Provinsi Sumatra Barat.

[Gambas:Video CNBC]

(fab/fab)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *