Jakarta, CNBC Indonesia – China memiliki rencana untuk memangkas impor pangan. Menurut hasil peningkatan hasil panen dan luas tanam yang lebih besar, akan meningkatkan produksi jagung China pada 2024-2025. Laporan Dinas Pertanian Luar Negeri (FAS) dari Departemen Pertanian AS, ini akan terjadi ketika kebijakan pemerintah mendorong peningkatan luas tanam kedelai dan pengurangan luas jagung.

Dalam laporan Jaringan Informasi Pertanian Global (GAIN), yang dirilis pada tanggal 2 April, FAS memperkirakan China memanen 296 juta ton jagung pada tahun 2024-2025. Ini merupakan peningkatan sebesar 2,4% dibandingkan tahun sebelumnya.

Dengan luas 44,3 juta hektar, luas lahan yang ditanami jagung akan lebih besar karena para petani lebih memilih biji-bijian dibandingkan kedelai karena keuntungan yang lebih tinggi dari menanam jagung, meskipun pemerintah memberikan subsidi lebih banyak pada kedelai.

Total konsumsi jagung di negara berpenduduk 1,4 miliar jiwa ini diperkirakan mencapai 318 juta ton pada tahun 2024-25, naik 13 juta ton dibandingkan tahun lalu.

Jagung terus tumbuh sebagai bagian dari ransum pakan biji-bijian, meskipun total pakan dan sisa penggunaan diperkirakan sedikit turun dari 283 juta ton pada tahun 2023-2024 menjadi 282,5 juta pada tahun 2024-2025 karena menurunnya permintaan pakan babi.

Mengutip WorldGain, penggunaan jagung dalam pakan diperkirakan mencapai 235 juta ton pada 2024-2025, naik 12% dari 223 juta ton pada tahun sebelumnya.

Untuk memenuhi permintaan secara keseluruhan, impor jagung diperkirakan mencapai 20 juta ton pada 2024-225, lebih rendah dari perkiraan tahun sebelumnya sebesar 23 juta ton.

Sementara itu, Brasil kini menjadi pemasok jagung terbesar sejak China menerima kapal pertama jagung Brasil pada awal Januari 2023.

Mengurangi impor dan membangun ketahanan pangan tetap menjadi prioritas utama China, dengan fokus pada peningkatan hasil panen.

Pada Februari, Dewan Negara menerbitkan “No. 1 Dokumen,” yang memberikan panduan luas untuk alokasi sumber daya dan tujuan pembangunan di sektor pertanian China.

Dokumen tersebut menyatakan bahwa China akan memfasilitasi dan mempercepat industrialisasi pemuliaan benih biotek dengan perluasan wilayah. Ini mengindikasikan perluasan wilayah percontohan rekayasa genetika (GE) dan mendekatkan China untuk sepenuhnya mengkomersialkan benih rekayasa genetika.

“Sumber industri menunjukkan luas lahan yang ditanami benih jagung rekayasa genetik pada 2023-2024 kurang dari 1% dari total luas lahan, namun luas areal benih jagung rekayasa genetik dapat tumbuh hingga 10-15% dari total luas lahan pada 2025-26 atau 2026-2027 jika kondisi yang menguntungkan berkembang,” kata FAS dalam keterangan, dikutip Rabu (10/4/2024).

China adalah produsen gandum terbesar di dunia, dan produksi pada 2024-2025 diperkirakan mencapai 138 juta ton, atau 1% lebih tinggi dari 136,5 juta ton yang dipanen pada tahun sebelumnya berkat hasil yang lebih baik dan luas tanam yang stabil. Hasil panen yang lebih bagus dan keuntungan yang tinggi memberikan insentif kepada petani untuk menanam gandum meskipun biaya input meningkat, kata FAS.

Pabrik tepung menggunakan sekitar 75% gandum yang dipanen untuk produksi tepung setiap tahunnya. Karena harga jagung yang lebih rendah mengurangi substitusi gandum dalam pakan, total konsumsi gandum pada 2024-25 diperkirakan sebesar 146,5 juta ton, 7 juta ton lebih rendah dibandingkan tahun 2023-24.

Sebagai produsen beras terbesar di dunia, produksi beras kasar China diperkirakan akan sedikit meningkat karena luas tanam dan hasil yang lebih besar. FAS memproyeksikan produksi kasar sebesar 207 juta ton pada tahun 2024-2025, naik sedikit dari 206,6 juta ton pada tahun sebelumnya.

Produksi beras giling diproyeksikan sebesar 145 juta ton. Konsumsi beras diperkirakan sebesar 140 juta ton, 5 juta ton lebih rendah dibandingkan 2023-2024 karena melemahnya permintaan pakan dan penggunaan pangan.

[Gambas:Video CNBC]

(dem/dem)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *